Review Jurnal "Pengaruh Sistem Manajemen Mutu Iso Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Budaya Kualitas Perusahaan"
Pengaruh
Sistem Manajemen Mutu Iso Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Budaya Kualitas
Perusahaan
(Studi
Kasus PT. Otsuka Indonesia Malang)
Hatane
Semuel
Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra
Jl.
Siwalankerto 121-131 Surabaya 60263
E-mail:
samy@petra.ac.id
Joni
Zulkarnain
PT.
Otsuka Indonesia
Jl.
Sumber Waras 25 Malang 65216
E-mail:
jzulkarnaen@fact.otsuka.co.id
ABSTRAK
Penelitian
tentang pengaruh Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO terhadap kinerja karyawan
melalui budaya kualitas perusahaan, dengan objek penelitian PT. Otsuka
Indonesia Malang. SMM ISO, dilihat dari tiga dimensi, yaitu perencanaan
sertifikasi ISO 9001, komitmen perusahaan, dan penerapan prosedur. Data
penelitian diperoleh dari sampel 110 responden karyawan yang dipilih secara
acak. Hasil penelitian menemukan bahwa perencanaan sertifikasi ISO 9001,
komitmen perusahaan dan penerapan prosedur dipersepsikan sudah sangat baik oleh
karyawan dan berpengaruh positif secara signifikan terhadap budaya kualitas
perusahaan. Selanjutnya budaya kualitas berpengaruh positif secara signifikan
terhadap kinerja karyawan. Namun demikian, budaya kualitas masih dipersepsikan
karyawan belum terlalu baik, dikarenakan pemberdayaan, keterlibatan dan quality
improvement team work belum dijalankan secara optimal.
Kata
Kunci: ISO 9001, sistem manajemen mutu, budaya kualitas, kinerja
METODE
PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
karyawan PT. Otsuka Indonesia mulai level group leader hingga manajer dan
karyawan yang pernah mengikuti training atau briefing mengenai SMM ISO 9001, di
semua unit produksi dan departemen. Karyawan dipilih secara acak sebesar 110
orang sebagai sampel yang merupakan wakil dari populasi yang diteliti
(Arikunto, 2006). Besaran sampel digunakan berpedoman berdasarkan jumlah data
yang akan digunakan dalam model analisis Structural Equation Modeling (SEM).
Menurut Ferdinand (2002), beberapa pedoman penentuan besarnya sample size untuk
SEM diberikan sebagai berikut:
a) apabila
pendugaan parameter menggunakan metode kemungkinan maksimum (maximum likelihood
estimation) besar sampel yang disarankan adalah antara 100 hingga 200.
b) sebanyak
5 hingga 10 kali jumlah parameter yang ada di dalam model dan akan diduga.
c) sebanyak 5 hingga 10 kali jumlah variabel
manifest (indikator) dari keseluruhan variabel laten. Penelitian ini melibatkan
sebanyak 22 indikator, sehingga merujuk pada aturan ketiga diperlukan ukuran
sampel minimal 5 x 22 atau sebesar 110, dan ukuran sampel maksimum 10 x 22 atau
sebesar 220. Berdasarkan atas aturan di atas, maka diperoleh ukuran sampel
sebesar 110 dalam penelitian ini sudah memenuhi.
Definisi Opersional Variabel
Definisi
operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara
mengukur suatu variabel penelitian atau dapat dikatakan semacam petunjuk
pelaksana mengukur suatu variabel (Zainuddin dalam Novitasari, 2003). Definisi operasional
variabel berisi indikator-indikator suatu variabel, yang memungkinkan peneliti
mengumpul data yang relevan untuk variabel tersebut. Penelitian ini menggunakan variabel eksogen implementasi sistem
manajemen mutu ISO 9001, variabel mediasi budaya kualitas, dan variabel endogen
kinerja karyawan.
Prosedur
Pengambilan Data
Prodesur
pengambilan data penelitian dilakukan melalui langkah penentuan sampel dari
populasi penelitian dengan mengacak nomor induk pegawai masing-masing
departemen di lingkungan PT. Otsuka Indonesia di Malang. Sampel sebanyak 110 pegawai yang terpilih diwawancara face-to face dan
sekaligus diberikan kuesioner untuk mendapatkan persepsi karyawan terhadap
indikator variabel penelitian yang digunakan. Pengukuran persepsi ini
dilakukan dengan menggunakan skala Likert (skala 1 yang menyatakan persepsi
sangat tidak setuju sampai dengan skala 5 untuk menyatakan persepsi sangat
setuju) terhadap setiap pernyataan dalam kuesioner.
Analisis
Deskriptif
Analisis
deskriptif melalui distribusi frekuensi, dapat memberikan informasi secara
relatif maupun kumulatif terhadap objek penelitian. Informasi dapat dinyatakan
dalam bentuk prosentase (%), atau secara relatif setiap kelas atau kategori,
maupun jumlah proporsi sampai ke kelas kelompok atau kategori tertentu atau
frekuensi kumulatif. Selain itu dapat ditampilkan mean atau rataan, yang merupakan
nilai pemusatan data penelitian. Selain itu digunakan proporsi dari dua
kelompok kategori teratas yang dikenal dengan Top Two Boxes (TTB), untuk proporsi kelompok yang menilai indikator
dari setiap variabel penelitian. Pada
bagian ini akan dianalisis hubungan antara rataan dengan TTB, makin besar angka
TTB menunjukkan bahwa persepsi karyawan makin baik terhadap indikator yang
dinilai.
Analisis
Hubungan Kausal
Structural Equation Modeling (SEM)
merupakan model yang tepat untuk menyelesaikan model penelitian ini,
disebabkan dapat menampung permasalahan lebih dari satu persamaan (multi
equation) dan input data berupa observable ataupun unobservable variable.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Karakteristik
Sampel
Berdasarkan pada jurnal yang tertera terlihat bahwa mayoritas responden dalam penelititan ini berjenis
kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 78 orang atau 70.9%. Berdasarkan lama bekerja,
terlihat bahwa responden memiliki lama bekerja antara lebih dari 2 tahun sampai
dengan 10 tahun sebanyak 37 orang atau 33.6%, dan kelompok kedua sebanyak 30
orang atau 27.3% memiliki lama bekerja 20 tahun sampai dengan 30 tahun, dan 16
orang atau 14.5% bekerja selama lebih dari 30 tahun. Jika dilihat dari lama
bekerja lebih dari 2 tahun sebanyak 86.4%, sehingga responden sebagai pegawai
sudah memiliki budaya kualitas yang terbentuk pada perusahaan ini. Jika dilihat
dari tingkat pendidikan, nampak bahwa tidak ada perbedaan antara responden
pegawai dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi dan SLTA. Hal ini tentu
mendukung bahwa responden mampu mengerti dan menjawab kuisioner dengan baik.
Uji
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pengukuran
Model
pengukuran yang dimaksud adalah pemeriksaan mengenai reliabilitas dan validitas
instrumen. Solimun (2009), menyatakan bahwa bilamana koefisien korelasi antara
skor suatu indikator dengan skor total seluruh indikator lebih besar 0.3 (r
> 0.3), maka instrumen tersebut dianggap valid. Sedangkan untuk memeriksa reliabilitas instrumen
metode yang sering digunakan adalah koefisien Alpha-Cronbach. Bahwa suatu nstrumen
(keseluruhan indikator) dianggap sudah cukup reliabel jika koefisien
Alpha-Cronbach (α) > 0.6
Deskripsi
Variabel Penelitian
Tujuan
dari deskripsi tentang masing-masing indikator dari variabel penelitian adalah
untuk mengetahui bagaimana pemusatan dan
penyebaran persepsi responden terhadap indikator-indikator tersebut.
Penilaian persepsi responden dilakukan untuk variable SMM ISO 9001, yang
meliputi perencanaan sertifikasi (X1), komitmen perusahaan (X2), dan penerapan
prosedur (X3), variabel budaya kualitas (Y1), dan variabel kinerja karyawan
(Y2).
Penilaian
responden atau karyawan melalui persepsi terhadap indikator variabel budaya
kualitas, nampak ada pada kategori baik, kecuali indikator Top management
support for quality dengan rataan skor sebesar 4.8 dan TTB 84.5%. Indikator yang
memiliki kategori persepsi baik namun dengan rataan skor yang paling rendah
adalah empowerment and involvement, yaitu dengan rataan skor 3.60 dan TTB
56.4%. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan belum mampu memberikan pemberdayaan
dan keterlibatan karyawan dalam menjalankan kualitas operasi perusahaan. Hal
lain yang nampak masih lemah adalah quality improvement teamwork, nilai rataan
skor sebesar 3.71 dan TTB 64.5%. Data
ini menunjukan bahwa budaya kualitas perusahaan ini masih belum terbentuk
dengan baik, walaupun dukungan pucuk pimpinan untuk kualitas mendapat penilaian
sangat baik. Pemberdayaan dan keterlibatan karyawan, serta pengembangan kerja
tim masih perlu diperhatikan dalam membentuk budaya kualitas perusahaan.
Saran
Perencanaan
sertifikasi ISO 9001 di PT. Otsuka Indonesia lebih banyak dikerjakan oleh key person setiap departemen sehingga ada
anggapan bahwa perencanaan sertifikasi tidak memberikan pemberdayaan dan
kebebasan serta kualitas kerja tim karyawan. Seharusnya tiap karyawan
mempunyai kebabasan untuk ikut serta membangun Penerapan SMM ISO 9001, karena
penerapan SMM ISO 9001 mampu meningkatkan kinerja karyawan secara signifikan
melalui budaya kualitas perusahaan.
Sumber :
Comments
Post a Comment